Nama Gramophone (Gramopon) berasal dari Emilie Berliner yang pada tahun 1888 menemukan piringan hitam jenis baru dan mematenkannya di bawah label Berliner Gramaphone. Pada tahun 1918 masa pematenan berakhir, semua label pun berlomba-lomba untuk memproduksi piringan hitam. Pada masa itu, kebanyakan pemilik gramophone masih terbatas pada kalangan menengah atas saja.
Ada tiga ukuran piringan hitam dalam hitungan rpm (rotation per minute) yaitu 78, 45, 33 1/3. Piringan hitam 78 dan 45 untuk plat berdiameter 25 cm, sedangkan 33 1/3 untuk plat berdiameter 30 cm. 78, 45, 33 1/3 rpm maksudnya adalah, setiap satu menit piringan hitam itu berputar sebanyak angka yang menjadi ukurannya (78, 45, 33 1/3). Semakin besar diameter platnya, semakin kecil ukuran untuk memutarnya.
Ada beberapa alat untuk memutar piringan hitam, salah satunya adalah phonograph. Cara kerja piringan hitam sama saja disemua alat pemutarnya, yaitu dengan menggunakan stylus, yang berbentuk seperti jarum yang berada di pinggiran piringan hitam. Stylus itu berfungsi untuk mencatat simpangan gelombang suara yang direkam di piringan hitam dan kemudian meneruskannya ke alat pengeras suara.
Para musisi pada tahun 1950-1970an pun banyak yang merekam lagu-lagu mereka ke dalam piringan hitam dikarenakan piringan hitam tidak mudah rusak dan suara yang direkam bagus.
Biarpun piringan hitam sempat turun pamornya sejak adanya CD yang memiliki fisik yang lebih kecil dan mudah dibawa pada awal tahun 1980an,tapi masa sekarang ini, piringan hitam masih dan sedang banyak dicari. Karena orang-orang yang ingin memiliki rekaman musisi idolanya, ingin mempunyai rekaman mereka dari zaman piringan hitam, seperti contohnya The Beatles. Selain itu nilai tambahan untuk yang mempunyai piringan hitam sekarang ini adalah kepuasan batin, gengsi, dan esensinya dalam mengoleksi barang. Malah belakangan para penggemar musik menilai bahwa kualitas suara yang berasal dari piringan hitam jauh lebih bagus dan tajam dari pada CD (Compact Disc)
Dan untuk bernostalgia terhadap gramophone dan piringan hitam belakangan malah Kid Koala yang juga dikenal sebagai Eric San dengan sangat kreatif meluncurkan album edisi terbatasnya 12 Blues Bit, dan dengan membeli album tersebut Anda akan mendapatkan bonus gramofon kardus bersama dengan piringan untuk dirakit dan dimainkan sendiri.
Nama Gramophone (Gramopon) berasal dari Emilie Berliner yang pada tahun 1888 menemukan piringan hitam jenis baru dan mematenkannya di bawah label Berliner Gramaphone. Pada tahun 1918 masa pematenan berakhir, semua label pun berlomba-lomba untuk memproduksi piringan hitam. Pada masa itu, kebanyakan pemilik gramophone masih terbatas pada kalangan menengah atas saja.
Ada beberapa alat untuk memutar piringan hitam, salah satunya adalah phonograph. Cara kerja piringan hitam sama saja disemua alat pemutarnya, yaitu dengan menggunakan stylus, yang berbentuk seperti jarum yang berada di pinggiran piringan hitam. Stylus itu berfungsi untuk mencatat simpangan gelombang suara yang direkam di piringan hitam dan kemudian meneruskannya ke alat pengeras suara.
Para musisi pada tahun 1950-1970an pun banyak yang merekam lagu-lagu mereka ke dalam piringan hitam dikarenakan piringan hitam tidak mudah rusak dan suara yang direkam bagus.
Biarpun piringan hitam sempat turun pamornya sejak adanya CD yang memiliki fisik yang lebih kecil dan mudah dibawa pada awal tahun 1980an,tapi masa sekarang ini, piringan hitam masih dan sedang banyak dicari. Karena orang-orang yang ingin memiliki rekaman musisi idolanya, ingin mempunyai rekaman mereka dari zaman piringan hitam, seperti contohnya The Beatles. Selain itu nilai tambahan untuk yang mempunyai piringan hitam sekarang ini adalah kepuasan batin, gengsi, dan esensinya dalam mengoleksi barang. Malah belakangan para penggemar musik menilai bahwa kualitas suara yang berasal dari piringan hitam jauh lebih bagus dan tajam dari pada CD (Compact Disc)
Dan untuk bernostalgia terhadap gramophone dan piringan hitam belakangan malah Kid Koala yang juga dikenal sebagai Eric San dengan sangat kreatif meluncurkan album edisi terbatasnya 12 Blues Bit, dan dengan membeli album tersebut Anda akan mendapatkan bonus gramofon kardus bersama dengan piringan untuk dirakit dan dimainkan sendiri.
Dan untuk bernostalgia terhadap gramophone dan piringan hitam belakangan malah Kid Koala yang juga dikenal sebagai Eric San dengan sangat kreatif meluncurkan album edisi terbatasnya 12 Blues Bit, dan dengan membeli album tersebut Anda akan mendapatkan bonus gramofon kardus bersama dengan piringan untuk dirakit dan dimainkan sendiri.
Berikut Video Gramophone kardus rakitan sendiri :
0 komentar
Post a Comment